Mengungkap Rahasia 
                "WAHDAT AL-WUJUD"
                                    (Kesatuan Realitas)
                                

                               ALLOH
  Alam Semesta      Makhluk Hidup




             Assalamualaikum, wrmtlh, wbrkth!

Segala puja dan puji hanya kepada ALLOH SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan Yang Maha Kuasa. Dzat Yang Maha Abadi dan Yang Maha Kekal.

Sholawat, Salam, dan Kemuliaan, senantiasa hanya kepada Rosululloh Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan para sahabat beliau, dan juga untuk kita semua, umatnya. 

                       Amin...Yaa Robbal Alamin!!!



Para Pembaca yang terhormat....

Kita akan membahas tentang suatu Ilmu Kehidupan, yang sangat bagus dan sangat bermakna, yaitu tentang apa yang dinamakan dengan "WAHDAT AL-WUJUD", yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah: "KESATUAN REALITAS"

Bagi Anda-Anda semua para penggemar ilmu-ilmu kerohanian, mungkin Anda pernah mendengar dan mengetahui tentang istilah Wahdat Al-Wujud atau Kesatuan Realitas. Atau bahkan mungkin banyak juga diantara Anda yang sudah memahami secara mendalam tentang apa yang dinamakan dengan ilmu Wahdat Al-Wujud atau Kesatuan Realitas tersebut. Bagi Anda yang sama sekali belum pernah mendengar dan belum pernah mengetahui tentang Wahdat Al-Wujud (Kestuan Realitas), ataupun bagi Anda yang sudah pernah mendengar dan mengetahui, tetapi belum pernah memahami secara mendalam tentang hal tersebut, Kami akan menyampaikan kepada Anda berbagai macam pengetahuan dan pemahaman secara mendalam tentang Wahdat Al-Wujud (Kesatuan Realitas), beserta segala macam hikmah dan manfaat yang bisa diambil, untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. 


Pengertian Wahdat Al-Wujud (Kesatuan Realitas).

Wahdat Al-Wujud berasal dari bahasa Arab, yang secara universal dapat diartikan sebagai: Kemanunggalan/Kesatuan segala macam wujud (Realitas) yang ada di alam semesta, dalam keesaan Tuhan. Wujud (Realitas) yang dimaksud adalah segala apa saja yang ada di alam semesta, baik yang bersifat benda-benda hidup maupun yang bersifat benda-benda mati. Segala macam wujud (Realitas) yang ada dipahami sebagai manifestasi (perwujudan) Tuhan. Dikarenakan alam semesta dan segala macam isinya adalah manifestasi (perwujudan) Tuhan, maka alam semesta dan segala macam isinya mengandung sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan Tuhan.

Dalam pemahaman orang-orang awam (masyarakat umum), alam semesta dan segala macam isinya, dipahami sebagai ciptaan Tuhan, bukan perwujudanTuhan. Artinya, adanya alam semesta dan segala macam isinya merupakan bukti tentang adanya eksistensi Tuhan. Mereka berpandangan yang dimaksud dengan Tuhan adalah Sang Penguasa (Sang Maha Kuasa) yang menciptakan alam semesta dan segala macam isinya. Jadi, Tuhan dan alam semesta itu berbeda dan keduanya tidak bisa disamakan. Walaupun alam semesta dan segala isinya mengandung sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan Tuhan, tetapi bukan berarti bahwa alam semesta dan segala isinya adalah perwujudan Tuhan. Alam semesta dan segala isinya adalah ciptaan-NYA, bukan perwujudan-NYA. Tetapi, ada juga orang-orang yang tidak mempercayai tentang adanya eksistensi Tuhan, dan menganggap bahwa alam semesta dan segala macam isinya adalah sesuatu-sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, tanpa ada penciptanya (tanpa ada Sang Penguasa yang menciptakan). Mereka berpandangan bahwa Tuhan hanyalah sesuatu yang bersifat fantasi (khayalan), yang tidak perlu dipercayai secara nyata.


Secara hakekat, yang dimaksud dengan Tuhan adalah sesuatu yang menjadi pujaan atau sesembahan. Tuhan dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap besar dan berkuasa, sehingga sesuatu tersebut dipuja dan disembah. Tuhan juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap bisa memenuhi segala macam keinginan, misalnya memberikan rasa-rasa kepuasan, kesenangan, kebahagiaan, keselamatan. keamanan, ketentraman, dan lain-lain sebagainya, sehingga sesuatu tersebut dipuja dan disembah. Dengan memahami apa sebenarnya arti atau makna dari kata Tuhan, dapat diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu yang sifatnya dianggap besar dan berkuasa, atau segala sesuatu yang sifatnya dianggap bisa memenuhi segala macam keinginan, sehingga dipuja dan disembah, dapat disebut sebagai Tuhan. Artinya, segala sesuatu bisa disebut sebagai Tuhan, jika sesuatu-sesuatu tersebut dipuja dan disembah. Dengan kata lain, apa saja bisa menjadi Tuhan, karena segala sesuatu apapun bisa dijadikan sebagai pujaan atau sesembahan.

Berbeda dengan apa yang dinamakan ALLOH. Segala sesuatu bisa menjadi Tuhan, tetapi segala sesuatu tidak bisa menjadi ALLOH. Karena seperti yang kita ketahui bahwa ALLOH adalah bersifat Esa (Satu). Artinya, tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan Dia, tidak ada sesuatu apapun yang setara atau sejajar dengan-Nya. ALLOH itu sifatnya berdiri sendiri dan menguasai segala sesuatu. Jadi, segala sesuatu tidak bisa menjadi ALLOH. Segala sesuatu hanya bisa menjadi sifat-sifat-NYA. Dari pemahaman tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa satu-satunya Tuhan yang sebenarnya (Tuhan yang sejati) adalah ALLOH. Maka dari itulah, ada istilah kalimat: Laa ilaa haillalloh, yang artinya adalah: Tidak Ada Tuhan Kecuali ALLOH.


Pemahaman tentang Wahdat Al-Wujud (Kesatuan Realitas) adalah pemahaman tentang kesatuan segala macam wujud, dalam keesaan Sang Tuhan Sejati (ALLOH). Karena seperti yang telah dijelaskan bahwa satu-satunya Tuhan yang sejati adalah ALLOH. Apapun selain ALLOH, tidak bisa disebut sebagai Tuhan yang sejati, sehingga segala sesuatu selain ALLOH tidak pantas untuk dijadikan sebagai Tuhan.




                Konsep Wahdat Al-Wujud.


       Alam Semesta dan Makhluk Hidup
          sebagai manifestasi ALLOH.


Mungkin kita pernah mendengar atau mengetahui tentang suatu ajaran yang menyatakan bahwa di dalam makhluk hidup dan alam semesta, terdapat Sifat-Sifat Ilahi (Sifat-Sifat ALLOH). Hal tersebut memang benar, karena itu adalah sesuatu yang bisa dibuktikan secara nyata dengan logika (pikiran).

Sebagai contoh, misalnya tentang Sifat Kasih Sayang, dimana kasih sayang merupakan salah satu Sifat ALLOH. Semua manusia, apakah itu manusia-manusia yang baik atau manusia-manusia yang buruk, semuanya pasti memiliki apa yang dinamakan dengan Sifat Kasih Sayang, baik kasih sayang terhadap diri sendiri maupun kasih sayang terhadap sesama yang lain. Contoh yang lain, misalnya pada hewan atau binatang. Di dalam hewan atau binatang juga terdapat apa yang dinamakan dengan sifat kasih sayang, seperti halnya pada manusia. Misalnya seperti perilaku-perilaku para hewan yang mengasihi dan melindungi anak-anaknya, dan lain-lain sebagainya. Contoh yang lain selain manusia dan hewan, misalnya tentang alam. Apabila kita menikmati pemandangan alam, di dalam perasaan kita akan muncul rasa kekaguman terhadap aneka macam keindahan dan kelembutan alam, sehingga seolah-seolah alam memberikan sifat kasih sayangnya kepada manusia, karena alam selalu memberikan rasa keindahan dan kelembutan di hati manusia. 

Kasih sayang merupakan salah satu sifat ALLOH. Maka dari itulah, ada istilah kalimat: "Bismillaahirrohmaanirrohim", yang artinya adalah: Dengan menyebut nama ALLOH yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang).

Masih banyak lagi berbagai macam bukti-bukti nyata tentang adanya sifat-sifat ALLOH di dalam makhluk hidup dan alam semesta. Tetapi, perlu dipahami bahwa sifat-sifat ALLOH yang terdapat pada makhluk hidup dan alam semesta hanya terdiri atas sebagian kecil saja, dan tidak seluruhnya ada. Sifat-sifat ALLOH yang mutlak seluruhnya, hanya ada pada Dia sendiri (hanya milik-NYA sendiri).


Dengan pemahaman bahwa di dalam makhluk hidup dan alam semesta terdapat sifat-sifat ALLOH, dapat diambil kesimpulan bahwa pada hakekatnya, makhluk hidup dan alam semesta merupakan manifestasi (perwujudan) ALLOH. Itu artinya bahwa segala apa saja yang wujud, sebenarnya tidak lain adalah ALLOH, dan hanya DIA-lah satu-satunya wujud yang sebenarnya.

Secara akidah keyakinan Syariat, makhluk hidup, alam semesta, dan ALLOH, adalah sesuatu-sesuatu yang berbeda dan tidak bisa disamakan, sehingga sama sekali tidak bisa dibenarkan suatu pandangan yang menyatakan bahwa makhluk hidup dan alam semesta merupakan perwujudan ALLOH, karena itu berarti menganggap bahwa makhluk hidup dan alam semesta adalah sama dengan ALLOH. 

Tetapi secara hakekat, sebenarnya ALLOH, makhluk hidup, dan alam semesta, adalah satu kesatuan yang sama, dan tidak ada perbedaan ontologis yang nyata antara ketiganya. Tetapi, perlu dipahami bahwa kesamaan atau kesatuan ALLOH, makhluk hidup, dan alam semesta, adalah sesuatu yang bersifat kiasan, artinya bahwa kesamaan atau kesatuan tersebut sebenarnya adalah ungkapan tentang ke-Esa-an ALLOH. Karena seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa makhluk hidup dan alam semesta merupakan manifestasi (perwujudan) ALLOH, maka satu-satunya wujud yang sebenarnya tidak lain adalah ALLOH. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kita seharusnya senantiasa menyelaraskan diri  dengan ke-Esa-an ALLOH, karena kita dan semuanya tidak lain adalah bagian dari ke-Esa-an ALLOH. Cara untuk menyelaraskan diri dengan ke-Esa-an ALLOH adalah melalui kepatuhan dan ketaatan terhadap Syariat, yaitu melaksanakan segala perintah ALLOH dan meninggakan segala larangan ALLOH.


Apabila kita senantiasa mematuhi dan mentaati Syariat (melaksanakan segala perintah ALLOH dan meninggalkan segala larangan ALLOH), maka kita selaras dengan ke-Esa-an ALLOH. Apabila kita selaras dengan ke-Esa-an ALLOH, berarti kita telah mencapai apa yang dinamakan dengan "Hakekat Kehidupan Sejati", atau yang dalam bahasa spiritual disebut dengan istilah: "Makrifat". Apabila kita telah mencapai Hakekat Kehidupan Sejati (Makrifat), kelak kita akan bisa masuk ke dalam sebuah Alam Keabadian, yang berisi segala macam rasa-rasa kesenangan dan kenikmatan, atau yang dalam bahasa universal disebut dengan istilah Surga.

Tetapi, apabila kita tidak mematuhi dan tidak mentaati Syariat, maka kita tidak selaras dengan ke-Esa-an ALLOH. Apabila kita tidak selaras dengan ke-Esa-an ALLOH, kita tidak bisa mencapai yang namanya Hakekat Kehidupan Sejati (Makrifat), sehingga kita tidak bisa masuk ke dalam Alam Keabadian Surga. Tetapi, kita akan masuk ke dalam sebuah Alam Siksa, yang berisi segala macam rasa-rasa kesakitan dan kepedihan, atau yang dalam bahasa universal disebut dengan istilah: Neraka.

Selain itu, perlu dipahami juga bahwa yang namanya Syariat (segala macam perintah ALLOH dan larangan ALLOH), adalah sesuatu-sesuatu yang tidak bisa atau tidak boleh diseimbangkan (disikapi secara seimbang). Artinya adalah, kita tidak boleh menciptakan keseimbangan antara perintah-perintah ALLOH dan larangan-larangan ALLOH. Secara jelasnya adalah sebagai berikut: Kita tidak boleh melakukan perintah-perintah ALLOH dan sekaligus kita juga melakukan larangan-larangan ALLOH. KIta juga tidak boleh meninggalkan larangan-larangan ALLOH dan sekaligus kita juga meninggalkan perintah-perintah ALLOH. Perintah dan larangan memiliki proporsi masing-masing, dan proporsi masing-masing keduanya tidak bisa disamakan. Perintah adalah untuk dilakukan, sedangkan larangan adalah untuk ditinggalkan. Perintah adalah sesuatu yang tidak boleh ditinggalkan (harus dilakukan), sedangkan larangan adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan (harus ditinggalkan).

Kita juga tidak boleh mengubah atau memutarbalik-an proporsi Syariat, yaitu menjadikan perintah-perintah ALLOH sebagai sesuatu yang kita tinggalkan, dan menjadikan larangan-larangan ALLOH sebagai sesuatu yang kita lakukan. Selain itu, kita juga tidak boleh hanya menjalani salah satu proporsi Syariat. Artinya, kita tidak boleh hanya melakukan perintah-perintah ALLOH tanpa disertai dengan meninggalkan larangan-larangan ALLOH, dan kita juga tidak boleh hanya meninggalkan larangan-larangan ALLOH tanpa disertai dengan melakukan perintah-perintah ALLOH.

Begitulah tentang proporsi Syariat. Kita tidak boleh menyalahi atau melanggar proporsi Syariat, karena jika kita bersikap menyalahi dan melanggar proporsi Syariat, maka kita tidak selaras dengan ke-Esa-an ALLOH. Apabila kita tidak selaras dengan ke-Esa-an ALLOH, maka kita tidak bisa mencapai yang namanya Hakekat Kehidupan Sejati (Makrifat), sehingga kita tidak bisa masuk ke dalam Alam Keabadian Surga. Tetapi, kita akan masuk ke dalam Alam Siksa Neraka. Maka dari itulah, kita harus senantiasa menjaga dan memelihara proporsi Syariat, agar kita senatiasa selaras dengan ke-Esa-an ALLOH, sehingga kelak kita bisa masuk ke dalam Alam Keabadian Surga.


Orang-orang yang cerdas adalah orang-orang yang senantiasa menyelaraskan diri dengan ke-Esa-an ALLOH, yaitu melalui kepatuhan dan ketaatan terhadap Syariat, sehingga dapat memasukkan mereka ke dalam Alam Keabadian Surga. Sedangkan orang-orang yang bodoh adalah orang-orang yang tidak menyelaraskan diri dengan ke-Esa-an ALLOH, yaitu tidak ada kepatuhan atau tidak ada ketaatan terhadap Syariat, sehingga dapat memasukkan mereka ke dalam Alam Siksa Neraka. 

Tetapi pada hakekatnya, baik orang-orang yang menyelaraskan diri dengan ke-Esaan ALLOH maupun orang-orang yang tidak menyelaraskan diri dengan ke-Esa-an ALLOH, semuanya tetap sama-sama berada dalam Wahdat Al-Wujud (Kesatuan Realitas), karena seperti yang telah dijelaskan bahwa segala apa saja yang ada di alam semesta, baik itu benda-benda hidup maupun benda-benda mati, baik itu sesuatu-sesuatu yang baik atau sesuatu-sesuatu yang buruk, semuanya merupakan manifestasi (perwujudan) ALLOH, sehingga segalanya adalah bagian dari ke-Esa-an ALLOH. Selain itu, perlu dipahami bahwa Wahdat Al-Wujud (Kesatuan Realitas) adalah sesuatu yang tidak hanya ada di Alam Dunia sekarang ini, tetapi juga ada di Alam Akherat nanti. Realitas-realitas (wujud-wujud) yang ada di Alam Akherat, contohnya seperti: Hisab (alam penghitungan Amal), Mizan (alam penimbangan Amal), Surga, Neraka, dan lain-lain sebagainya, semuanya juga merupakan manifestasi ALLOH, sehingga juga disebut Wahdat Al-Wujud. Dari adanya pemahaman tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa yang namanya Wahdat Al-Wujud (Kesatuan Realitas), ada dua jenis, yaitu Wahdat Al-Wujud Alam Dunia dan Wahdat Al-Wujud Alam Akherat, yang keduanya merupakan kesatuan/kemanunggalan dalam ke-Esa-an ALLOH.


                 Hikmah dan Manfaat 
                    Wahdat Al-Wujud 


Dengan pemahaman bahwa kita dan semuanya adalah manifestasi (perwujudan) ALLOH, maka akan memunculkan suatu rasa kesadaran bahwa sesungguhnya satu-satunya hakekat sejati dalam kehidupan ini adalah ALLOH. DIA adalah satu-satunya Tuhan yang Sejati, artinya adalah bahwa hanya DIA-lah sebenar-benarnya Tuhan yang harus selalu kita puja dan kita sembah. Apapun selain ALLOH, tidak pantas untuk dijadikan sebagai Tuhan. Maka dari itu, kita harus senantiasa menyelaraskan diri dengan ke-Esa-an ALLOH, yaitu melalui kepatuhan dan ketaatan terhadap Syariat (melaksanakan segala perintah ALLOH dan meninggalkan segala larangan ALLOH), sehingga kelak kita bisa masuk ke dalam Alam Keabadian yang penuh dengan segala macam rasa-rasa kesenangan dan kenikmatan, yaitu Surga. Itu adalah sikap orang-orang yang cerdas, yang memang benar-benar memahami tentang bagaimana sebenarnya hikmah dan manfaat Wahdat Al-Wujud. Sedangkan sikap tidak menyelaraskan diri dengan ke-Esa-an ALLOH, yaitu tidak mematuhi dan tidak mentaati Syariat, adalah sikap orang-orang yang bodoh. Walaupun secara hakekat, mereka juga termasuk bagian dari ke-Esa-an ALLOH, tetapi mereka tidak bisa masuk ke dalam Alam Keabadian Surga. Tetapi, mereka akan masuk ke dalam Alam Siksa Neraka.


Maka dari itulah, marilah kita semua senantiasa mengisi kehidupan ini dengan sikap-sikap keselarasan terhadap ke-Esa-an ALLOH, yaitu melalui kepatuhan dan ketaatan terhadap Syariat (melaksanakan segala perintah-perintah ALLOH dan meninggalkan segala larangan-larangan ALLOH), sehingga kita bisa masuk ke dalam Alam Surga, bersatu (manunggal) dalam keabadian ALLOH.

              Wassalamualaikum, wrmtlh, wbrkth!








 

.